Sebelum menganalisis, ada tiga istilah yang berkaitan yaitu afek, emosi dan suasana hati. Afek (Affect) adalah sebuah istilah umum yang mencakup beragam perasaan yang dialami orang yang meliputi baik emosi maupun suasana hati. Emosi (emotion) dalah perasaan-perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Dan suasana hati (mood) aadalah perasaan-perassan yang cenderung kurang intens dibandingkan dengan emosi dan sering kali rangsangan kontekstual.
Kita menunjukkan emosi ketika senang mengenai sesuatu, marah terhadap seseorang, atau takut terhadap sesuatu. Sebaliknya suasana hati biasanya tidak ditunjukan pada seseorng atau kejadian. Sebagai contoh jika kita dikritik rekan kerja mengenai cara bicara dan kita menjadi marah dengan rekan kerja tersebut, hal ini menunjukkan emosi. Kita dalam keadaan tidak normal, kemudian mungkin bereaksi berlebihan terhadap kejadian lain. Keadaan afek ini mendeskripsikan sebuah suasana hati. Berikut tampilan yang menunjukkan hubungan antara afek, emosi, dan suasana hati.
Kumpulan Dasar Emosi
Beberapa para peneliti atau para filsif beragumen bahwa terdapat emosi-emosi universal yang biasa dialami oleh manusia. Mereka menyetujui enam emosi dasar universal dalam sebuah rangkaian kesatuan: bahagia-terkejut-takut-sedih-marah-benci.
Beberapa Aspek Esmosi
§ Biologi Emosi
Semua emosi berasal dari dalam sistem limbuk otak dan terletak dekat batang otak kita. Secara keseluruhan sistem limbik memberikan sebuah lensa di mana anda dapat menginterprestasikan kejadian-kejadian. Ketika sistem tersebut aktif, anda melihat hal-hal dalam cahaya negatif. Ketika tidak aktif, anda menginterprestasikan informasi secara lebih positif.
§ Intensitas
Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan pemicu esmosi yang sama. Perbedaan tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratan- persyaratan pekerjaan. Setiap orang mempunyai kemampuan bawaan yang bervariasi untuk mengekspresikan intensitas emosional.
§ Frekuensi dan Durasi
Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seseorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada beberapa sering dan lamanya mereka berusaha enampilkannya.
Beberapa pengamat menyatakan bahwa rasionalitas dan emosi saling bertentangan, dan jika menampilkan emosi, kemungkinana anda akan beertindak irasional. Emosi adalah penting terhadap pemikiran rasional. Kita haris memiliki kemampuan untuk mengalami esmosi agar dapat menjadi rasional. Karena esmosi memberikaan informasi penting mengenai bagaimana kita memahami dunia di sekitar kita.
Emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangatlah berguna karena memotifasi orang untuk terlibat dalam tindakan-tindakan penting agar dapat bertahan hidup.
Suasana Hati Sebagai Afek Positif Dan Negatif
Bila emosi dikategorikan menjadi dua kelompok positif dan negatif, maka akan menjadi keadaan suasana hati karena sekarang emosi dipandang secara lebih umum dan bukan mengisolasi satu emosi tertentu.
Afek Negarif Tinggi Afek Positif Tinggi
Afek Positif Rendah Afek Negarif Rendah
Dalam tampilan di atas, rasa senang adalah sebuah esmosi spesifik yang merupakan penanda murni dari afek positif tinggi, sementara kebosanan adalah sebuah penanda murni dari afek positif rendah. Demikian juga gelisah adalah sebuah penanda murni dari afek negatif tinggi, sementara rileks adalah sebuah penanda murni dari afek negatif rendah.
Dapat dianggap afek positif sebagai dimensi suasana hati yang terdiri dari emosi-emosi positif seperti kesenangan, ketenangan hati, dan kegembiraan pada ujung tinggi dan kebosanan, kemalasan, dan kelelahan pada ujung rendah. Afek negatif adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas kegugupan, sters, dan kegelisahan pada ujung yang tinggi, serta rileks, ketenangan, dan keseimbangan pada ujung rendah
Sumber-Sumber Emosi dan Suasana Hati
§ Kepribadian
Kepribadian memberi kecenderungan kepada seseorang untuk mengalami emosi dan suasana hati tertentu. Sebagian besar orang mempunyai kecenderungan tetap untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu lebih sering dibandingkan orang lain.
§ Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari
Orang-orang cenderung berada dalam suasana hati terburuk (afek tertinggi dan afek positif rendah) diawal minggu dan berada dalam suasana hati terbaik (afek positif tertinggi dan afek negatif terendah) diakhir minggu. Orang-orang biasanya berada dalam semangat lebih rendah pada awal pagi. Suasana hati cenderung meningkat dan kemudian menurun pada malam hari.
§ Cuaca
Cuaca memberikan sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan mengapa orang cenderung berfikir bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka. Korelasi ilusif terjadi ketika orang mengasosiasikan dua kejadian yang pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.
§ Stres
Tingkat stres dan ketegangan yang menumpuk di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih banyak emosi negatif.
§ Aktivitas sosial
Aktivitas sosial bersifat fisik , informal, atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih diasosiasikan kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingka kejadian-kejadian formal atau yang bersifat duduk terus-menerus.
§ Tidur
Kurang tidur pada malam sebelumnya memperburuk kepuasan kerja seseorang pada hari berikutnya, karena sebagian besar orang merasa lelah, cepat marah, dan kurang waspada.
§ Olahraga
Terapi olahraga berpengaruh paling kuat terhadap mereka yang mengalami depresi. Walaupun olahraga berpengaruh secara konsisten terhadap suasana hati, tetapi tidak terlalu kuat. Jadi, olahraga dapat membanu anda berada dalam suasana hati yang lebih baik, tetapi jangan mengharapkan mukjizat.
§ Usia
Emosi negatif tampaknya semakin sering terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua, suasana hati positif yang tinggi bertahan lebih lama dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat.
§ Gender
Dalam perbandingan antargender, wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria, mereka mengalami emosi lebih intens dan mereaka menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan.
Batasan-batasan Eksternal pada Emosi
Setiap organisasi mendefinisikan batasan-batasan yang mengidentifikasi emosi-emosi yang dapat diterima dan sampai tingkat mana karyawan dapat mengekspresikannya.
§ Pengaruh-Pengaruh Organisasional
Bukti yang ada mengindikasikan adanya bias terhadap emosi yang intens dan negatif. Ekspresi dari emosi-emosi negatif seperti rasa takut, gelisah dan marah cenderung tidak dapat diterima kecvuali dalam kondisi yang benar-benar spesifik. Misalnya dalam kondisi anggota kelompok berstatus tinggi menunjukkan rasa tidak sabar kepada anggota yang berstatus rendah. Lagipula ekspresi-ekspresi dari emosi yang intens, apakah negatif atau positif cenderung tidak dapat diterima karena manajemen menganggapnya dapat merusak kinerja tugas rutin.
§ Pengaruh-Pengaruh Kultural
Tingkat seberapa besar orang mengalami emosi bervariasi dalam setiap kultur. Secara umum, orang-orang dalam sebagian besar kultur tampaknya mengalami emosi-emosi positif dan negatif tertentu, tetapi sampai derajat tertentu, frekuensi pengalaman dan intensitas mereka memang bervariasi. Secara umum pula orang-orang di seluruj dunia menginterpretasikan emosi negatif dan positif dengan cara yang sama. Kita semua memandang emosi negatif seperti kebencian, ketakutan, dan kemarahan sebagai hal yang berbahaya dan destruktif. Kebanggaan diri dipandang sebagai emosi positif di kultur-kultur barat yang individualis seperti As, tetapi kultur-kultur Timur seperti Cina dan Jepang cenderung memandang kebanggan diri sebagai emosi yang tidak disukai.
Norma untuk ekspresi emosi berbeda-beda pula di setiap kultur. Penelitian telah menunjukkan bahwa pada negara-negara kolektivis, kemungkinan orang lebih percaya bahwa emosi yang ditunjukkan menimbulkan kaitan antara mereka dengan orang yang mengekspresikan emosi tersebut. Sedangkan orang dalam kultur individualis tidak menganggap bahwa ekspresi emosional orang lain diarahkan kepada mereka. Secara umum, lebih mudah bagi mereka untuk mengenali emosi secara lebih akurat dalam kultur mereka sendiri daripada kultur lain. Menariknya beberapa kultur kekurangan kata-kata untuk istilah-istilah emosional standar Amerika seperti kegelisahan, depresi, dan rasa bersalah.
Apa yang dapat diterima dalam sebuah kultur mungkin terlihat sangat tidak biasa atau bahkan disfungsional dalam kultur yang lain. Para manajer perlu mengetahui norma-norma dalam setiap kultur di mana mereka melakukan bisnis sehingga mereka tidak mengirimkan sinyal-sinyal yang tidak dikehendaki atau salah membaca reaksi dari penduduk lokal.Sebagai contoh, seorang manajer Amerika di Jepang harus mengetahui bahwa jika orang-orang Amerika cenderung menganggap tersenyum secara positif, orang Jepang mengatributkan banyyak tersenyum pada kurangnya kecerdasan.
Kerja Emosional
Setiap karyawan mengeluarkan usajha fisik dan mental ketika mereka menempatkan kapabilitas tubuh dan kognitif mereka, berturut-turut ke dalam pekerjaan mereka. Tetapi pekerjaan juga membutuhkan kerja emosional. Kerja Emosional adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja. Kerja emosional adalah relevan untuk hampir semua jenis pekerjaan. Tantangan sebenarnya adalah ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Disparitas atau perbedaan ini disebut disonansi emosional, dan hal ini dapat berakibat sangat buruk pada karyawan. Jika dibiarkan perasaan yang terkungkung, frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental. Semakin pentingnya kerja emosional sebagai sebuah komponen dari kinerja pekerjaan yang efektif menyebabkan pemahaman akan emosi memperoleh relevansi yang semakin besar dalam bidang PO.
Emosi yang Dirasakan versus Emosi yang Ditampilakan
Kerja emosional menimbulkan dilema bagi karyawan. Terdapat orang-orang dengan siapa anda harus bekerja yang anda benar-benar tidak suka. Mungkin menurut anda kepribadian mereka kasar. Mungkin anda tahu mereka mengatakan hal-hal negatif tentang anda di belakang anda. Tetapi, pekerjaan anda mengharuskan anda untuk berinteraksi dengan orang-orang ini secara rutin, dan andapun terpaksa berpura-pura ramah. Akan dapat membantu anda, khususnya dalam pekerjaan, jika anda dapat memisahkan emosi menjadi yang dirasakan atau ditampilakan. Emosi yang dirasakan adalah emosi sebenarnya dari seorang individu, sebaliknya emosi yang ditampilkan adalah emosi yang diharuskan organisasi untuk ditampilkan oleh pekerja dan dipandang sesuai dalam pekerjaan tertentu. Emosi ini bukan pembawaan namun dipelajari.
Manajer yang efektif belajar untuk bersikap seriuys ketika memberikan evaluasi kinerja negatif seorang karyawan dan berusaha menyembunyikan kemarahan ketika mereka dilewati untuk promosi. Dan mengenai perbedaan gender, terdapat sejumlah bukti bahwa manajemen atas memang menghendaki pria dan wanita untuk menampilkan emosi yang berbeda, bahkan dalam pekerjaan yang sama. Sebagai contoh dalam pekerjaan profesional dan manajerial, para wanita melaporkan bahwa mereka harus menyembunyikan perasaan-perasaan negatif mereka untuk menampilkan perasaan yang lebih positif dibandingkan para pria untuk menyesuaikan diri dengan apa yang menurut mereka diharapkan atasan dan rekan kerja mereka.
Apakah Pekerjaan-Pekerjaan Yang Menuntut Secara Emosional Dibayar Lebiih Tinggi.
Baru-baru ini sebuah penelitian menguji isu ini terhadap beragam pekerjaan. Pengarang penelitian tersebut menemukan bahwa hubungan antara tuntutan kognitif dan bayaran cukup kuat, sementara hubungan antara tuntutan emosional dan bayaran tidak. Mereka menemukan bahwa tuntutan- tutntutan emosional memiliki pengaruh tetapi hanya pada pekerjaan-pekerjaan yang juga telah menuntut secara kognitif, pekerjaan-pekerjaan seperti pengacara dan perawat. Tetapi misalnya, pekerja-pekerja pengasuh anak dan pelayan (pekerjaan-pekerjaan dengan tuntutan emosional tinggi tetapi memiliki tuntutan kognitif yang rendah) menerima kompensasi yang kecil untuk tuntutan emosional.
Teori Peristiwa Afektif
Respon emosional seseorang terhadap suatu peristiwa dapat berubah bergantung pada suasanan hati. Akhirnya, emosi mempengaruhi sejumlah variabel kinerja dan kepuasan.
Beragam tes terhadap teori peristiwa afektif (AET) menyatakan bahwa:
1. Suatu episode emosional sebenarnya adalah serangkaian pengalaman emosional yang ditimbulkan oleh satu peristiwa tunggal serta mengandung elemen-elemen emosi dan siklus suasana hati.
2. Emosi yang ada pada satu waktu memengaruhi kepusan kerja, bersama dengan latar belakang emosi yang melingkupi peristiwa tersebut.
3. Suasanan hati dan emosi berfluktuasi dari waktu ke waktu, sehingga kinerja juga berfluktuasi.
4. Perilaku-perilaku yang didorong oleh emosi biasanya berdurasi pendek dan sangat bervariasi.
5. Karena cenderung tidak sesuai dengan perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan, emosi biasanya berpengaruh negatif terhadap kinerja pekerjaan.
Terdapat dua pesan penting dalam AET, yaitu:
1. Emosi-emosi menyediakan wawasan yang berharga untuk memahami perilaku karyawan.
2. Karyawan dan manajer seharusnya tidak mengabaikan emosi dan peristiwa yang menyebabkannya.
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (emotional interlligence-EI) adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengolah petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. EI terdiri atas lima dimensi, yaitu:
1. Kesadaran diri => sadar atas apa yang Anda rasakan
2. Manajemen diri => kemampuan mengelola emosi dan dorongan-dorongan Anda sendiri
3. Motivasi diri=> kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan
4. Empati => kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain
5. Keterampilan sosial => kemampuan menangani emosi-emosi orang lain
Kasus Mendukung EI
§ Daya Tarik Intuitif
Orang-orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain, mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan baik akan mempunyai kaki yang kuat untuk berdiri dalam dunia bisnis.
§ EI Meramalkan Kriteria yang Penting
Bukti melalui penelitian:
- EI dapat meramalkan kinerja karyawan dalam sebuah pabrik rokok di Cina.
- Kemampuan untuk mengenali emosi pada ekspresi wajah orang lain dan untuk “mencuri dengar” secara emosional (mengambil sinyal-sinyal halus mengenai emosi orang lain) dapat meramalkan peringkat rekan kerja terhadap seberapa berharga orang-orang tersebut untuk organisasi mereka.
§ EI Berbasis Biologis
EI berbasis secara neurologi dalam sedemikian rupa yang tidak berhubungan dengan ukuran-ukuran kecerdasan standar, dan orang-orang yang menderita kerusakan neurologi memiliki nilai rendah pada EI dan membuat keputusan lebih buruk dibandingkan orang-orang yang lebih sehat dalam hal ini.
Kasus Menentang EI
§ EI adalah Sebuah Konsep yang Samar
Bagi banyak peneliti, adalah tidak jelas mengenai apa yang dimaksud dengan EI. Konsep EI telah menjadi sangat luas dan komponen-komponennya sangat beragam, sehingga hal tersebut bukan lagi sebuah konsep kecerdasan.
§ EI Tidak Dapat Diukur
- Validitas pertanyaan pada ukuran EI masih dipertanyakan.
- Ukuran yang digunakan ada yang bersifat laporan diri yang berarti tidak ada jawaban benar dan salah.
§ Validitas EI Masih Dipertanyakan
EI tidak memiliki suatu yang unik untuk ditawarkan. Belum ada cukup riset mengenai apakah EI menambah wawasan melampaui ukuran-ukuran kepribadian dan kecerdasan umum dalam meramalkan kinerja pada pekerjaan.
Aplikasi-Aplikasi POTerhadap Emosi Dan Suasana Hati
Seleksi
Sampai pada hari ini, para pemberi kerja harus mempertimbangkan EI sebagai sebuah faktor dalam merekrut karyawan, sehingga semakin banyak pemberi kerja mulai menggunakan ukuran-ukuran EI untuk mempekerjakan seseorang.
Pengambilan Keputusan
Perasaan dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. Orang dapat membuat pilihan yang berbeda ketika mereka marah dan tertekan dibandingkan ketika mereka sedang tenang. Orang-orang yang tertekan membuat keputusan lebih buruk dibandingkan dengan orang-orang yang bahagia. Hal tersebut disebabkan karena orang-orang yang tertekan lebih lambat dalam memproses informasi dan cenderung menimbang semua kemungkinan dari pada hanya pilihan yang lebih mungkin diambil. Sebaliknya, emosi positif dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah serta memahami dan menganalisis informasi baru.
Kreatifitas
Orang-orang yang berada dalam suasana hati yang baik lebih kreatif dibandingkan orang-orang yang berada dalam suasana hati yang buruk. Mereka menghasilkan lebih banyak ide, orang lain berfikir bahwa ide mereka adalah orisinil, dan mereka cenderung dapat mengidentifikasi lebih banyak pilihan kreatif terhadap masalah.
Motivasi
Dua penelitian telah menegaskan pentingnya suasana hati dan emosi pada motivasi. Penelitian yang pertama meminta dua kelompok orang untuk memecahkan sejumlah teka teki kata-kata. Dan hasilnya kelompok dengan suasana hati positif melaporkan ekspektasi yang lebih tinggi untuk dapat memecahkan teka-teki tersebut, berusaha lebih keras, dan sebagai hasilnya dapat memecahkan lebih banyak teka-teki. Penelitian yang kedua menemukan bahwa dengan memberi umpan balik kepada orang baik nyatanya maupun palsu mengenai kinerja mereka dapat memepengaruhi suasana hati mereka, yang kemudian mempengaruhi motivasi mereka. Jadi sebuah siklus dapat eksis di mana suasana hati positif menyebabakan oranga menjadi kreatif, yang menimbulkan umpan balik positif dari mereka yang mengamati pekerjaan mereka. Umpan balik positif ini kemudian lebih jauh menguatkan suasana hati positif mereka yang kemudian dapat membuat mereka berkinerja bahkan lebih baik lagi, dan seterusnya.
Kedua penelitian ini menegaskan pengaruh suasana hati dan emosi pada motivasi dan menyatakan bahwa organisasi-organisasi yang mempromosikan suasana hati positif di tempat kerja lebih berkemungkinan mempunyai angkatan kerja yang lebih termotivasi.
Kepemimpinan
Kemampuan untuk memimpin orang lain adalah sebuah kualitas fundamental yang dicari organisasi-organisasidalam karyawan mereka. Para pemimpin yang efektif mengandalkan daya tarik emosional untuk membantu menyampaikan pesan-pesan mereka. Bahkan ekspresi, emosi dalam pidato seringkali merupakan elemen penting yang membuat kita menerima atau menolak pesan seorang pemimpin. Ketika para pemimpin bersemangat, antusias dan aktif mereka lebih mungkin untuk memberi energi pada bawahan-bawahan mereka dan menyampaikan rasa efektifitas, kompetensi, optimisme dan kegembiraan.
Konflik Antar Personal
Manakala konflik timbul diantara rekan kerja, dapat dipastikan bahwa emosi dapat terlihat. Sebenarnya, keberhasilan seorang manager saat mencoba menyelesaikan konflik terutama ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen emosional dalam konflik dan meminta pihak-pihak yang terlibat untuk mengendalikan emosi mereka.
Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah proses emosional, namun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa negosiator yang berpura-pura marah memiliki keuntungan atas lawan mereka. Ketika seorang negosiator menunjukkan kemarahan, lawan menyimpulkan bahwa negosiator tersebut telah menyerahkan semua yang ia dapat dan dengan demikian lawan menyerah. Menunjukkan sebuah emosi negatif dapat saja efektif, tetapi berperasaan buruk terhadap penampilan anda tampaknya merugikan negosiasi-negosiasi di masa depan. Negosiator yang buruk mengalami emosi-emosi negatif mengembangkan persepsi-persepsi negatif lawan mereka, dan kurang bersedia berbagi informasi atau bersikap kooperatif dalam negosiasi mendatang. Menariknya, walaupun suasana hati dan emosi bermanfaat di tempat kerja, dalam proses negosiasi , emosi dapat merugikan kinerja seorang negosiator , kecuali jika ia mengerkspresikan wajah palsu (berpura-pura marah).
Pelayanan Pelanggan
Keadaan emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan pelanggan, yang berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat kepuasan pelanggan. Pemberian pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan membuat karyawan menuntut banyak hal karena mereka sering berada dalam situasi disonansi emosional. Seiring waktu, keadaan ini dapat menyebabkan kepatuhan mental atau fisik dalam pekerjaan, penurunan kinerja, dan rendahnya kepuasan kerja.
Selain itu, emosi karyawan dapat berpindah kepada pelanggan. Penelitian mengindikasikan adanya efek kesesuaian antara emosi karyawan dan pelanggan, sebuah efek yang oleh praktisi PO disebut sebagai penularan emosional, “penangkapan “ emosi dari orang lain. Cara penularan emosi terjadi ketika seseorang mengalami emosi-emosi positif lalu tertawa dan tersenyum kepada anda, anda mulai meniru perilaku orang tersebut.
Sikap Kerja
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai hari baik di tempat kerja, cenderung berada dalam suasana hati yang lebih baik di rumah pada malamnya. Sebaliknya orang-orang yang mengalami hari buruk di tempat kerja, maka cenderung berada di suasana hati yang buruk pula saat di rumah. Meskipun orang-orang orang-orang secara emosional membawa pulang pekerjaan mereka ke rumah pada hari berikutnya, pengaruh tersebut biasanya telah hilang.
Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Emosi-emosi negatif juga dapat membawa perilaku menyimpang di tempat kerja. Siapapun yang pernah menghabiskan banyak waktu dalam sebuah organisasi menyadari bahwa orang-orang seringkali berperilaku dalam cara-cara yang melanggar norma-norma yang ada dan mengancam organisasi, anggotanya atau keduanya. Sebagai contoh , seorang karyawan yang iri hati dapat bersikap bermusuhan dan berbuat licik kepada karyawan lain, menyimpangkan keberhasilan orang lain secara negatif, dan menyimpangkan secara positif pencapaian-pencapaiannya sendiri. Bukti yang ada menyatakan bahwa orang-orang yang menyatakan emosi negatif khususnya mereka merasa marah atau mempunyai sikap bermusuhan lebih berkemungkinan untuk terlibat dalam berperilaku menyimpang di tempat kerja daripada orang-orang yang tidak merasakan emosi-emosi negatif.
Bagaimana Para Manager Memenuhi Suasana Hati
Secara Umum, anda dapat meningkatkan suasana hati orang-orang dengan memutarkan sebuah klip video yang lucu untuk mereka, memberi mereka sekantung kecil permen, atau bahkan menyuruh mereka mencicipi minuman yang enak. Untuk memperbaiki suasana hati karyawan, para manajer dapat menggunakan humor dan memberi karyawan mereka penghargaan kecil sebagai apresiasi terhadap pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik. Selain itu riset mengindikasikan bahwa ketika para pemimpin berada dalam suasana hati yang baik, anggota kelompok menjadi lebih positif dan sebagai hasilnya para anggota akan lebih bekerja sama.
Ringkasan dan Implikasi untuk Manajer
Emosi dan suasana hati adalah mirip karena keduanya bersifat afektif. Tetapi kedua hal ini juga berbeda, suasana hati lebih umum dan kurang kontekstual dibandingakn emosi. Selain itu berbagai peristiwa juga membawa perbedaan. Waktu dalam sehari dan hari dalam seminggu, peristiwa-peristiwa yang penuh tekanan, aktivitas-aktivitas sosial, pola tidur, seluruhnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi emosi dan suasana hati. Emosi dan suasana hati merupakan suatu bagian alami dari diri seorang individu. Para manajer melakukan kesalahan jika mereka mengabaikan emosi rekan kerja mereka dan menganggap perilaku orang lain sebagai hal rasional. Para manajer yang memahami peran emosi dan suasana hati akan secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku rekan kerja mereka.
Emosi dan suasana hati dapat mempengaruhi kinerja karyawan, terutama emosi negatif, namun emosi positif ternyata juga dapat meningkatkan kinerja. Emosi dan suasana hati dapat meningkatkan rangsangan kerja dan memotifasi karyawan untuk dapat bekerja lebih baik.Perasaan-perasaan tertentu juga dapat menjadi persuaratan sebuah pekerjaan.
No comments:
Post a Comment